Idul Adha adalah hari raya kedua dalam Islam yang jatuh pada
tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya. Idul Adha terjadi 2 bulan setelah
lebaran Idul Fitri yang jatuh tepat pada 1 Syawal. Hari Raya Idul Adha dikenal
juga dengan Idul Qurban karena pada lebaran ini umat Islam yang mampu
disunnahkan untuk ber-kurban. Ia juga dikenal dengan Lebaran Haji karena
bertepatan dengan bulan haji.
DAFTAR ISI
Definisi Shalat Idul Adha
Dalil Dasar Idul Adha
Hukum Shalat Idul Adha
Tatacara Shalat dan Khutbah Idul Adha
Niat Shalat Idul Adha
Tatacara Shalat Idul Adha
Bacaan Tiap Takbir Shalat Idul Adha
Tatacara Khutbah Idul Adha
Teks Bacaan Takbir Idul Adha
Hukum dan Waktu Membaca Takbir Lebaran Idul Adha
DEFINISI SHALAT IDUL ADHA
Shalat Idul Adha adalah shalat yang diadakan pada Hari Raya Idul
Adha yang jatuh pada 10 Dzulhijjah yang bertepatan dengan ibadah haji di Makkah
Al-Mukarramah dan kerena itu disebut juga dengan Hari Raya Haji atau Hari Raya
Qurban kerena disunnahkan berkurban bagi yang mampu.
DALIL DASAR IDUL ADHA
- QS Al-Kautsar :2 فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ menurut sebagian ulama tafsir, shalat yang dimaksud adalah
shalat hari raya.
- Hadits Bukhari dan Muslim
أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْها قَالَتْ : أَمَرَنَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ
وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ ، فَأَمَّا
الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ
. قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِحْدَانَا لا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ
: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا .
Artinya: Ummu Atiyyah berkata: Rasulullah menyuruh kami perempuan
untuk keluar di Idul Fitri dan Idul Adha. Baik wanita yang baru balig, wanit`
sedang haid dan wanita perawan. Sementara orang yang haid dipisahkan dari
(tempat) shalat. Agar mereka dapat menyaksikan kebaikan dan doa umat
Islam." Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, ada di antara kami yang tidak
mempunyai jilbab." Beliau mengatakan, "Sebaiknya saudara perempuannya
memberinya jilbab."
- Hadits sahih dalam kitab Sahihul Jamik
{أفضل
أيام الدنيا أيام العشر
Artinya: Sebaik-baik hari dunia adalah hari kesepuluh
- Hadits sahih menurut Tirmidzi riwayat ahlussunan:
{أفضل الأيام عند الله يوم النحر ثم يوم القَرّ
Artinya: Hari paling utama di sisi Allah adalah hari raya Qurban
kemudian hari Qarr atau hari kesebelas Dzulhijjah.
HUKUM SHALAT IDUL ADHA
Shalat Idul Adha hukumnya sunnah. Ia merupakan bagian penting dari
perayaan hari raya Idul Adha.
TATA CARA SHALAT DAN KHUTBAH IDUL ADHA
Tatacara shalat idul adha tidak berbeda dengan shalat idul Adha
sbb:
NIAT SHALAT IDUL ADHA
Niat shalat Idul Adha sebagai imam dan makmum sbb:
Sebagai imam:
أصلي سنة عيد الأضحي ركعتين
إماما للة تعالي
Ushalli sunna idil adha rak'ataini imaman lillahi ta'ala
Artinya: Niat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat sebagai imam
karena Allah.
Sebagai makmum:
أصلي سنة عيد الأضحي ركعتين
مأموما للة تعالي
Ushalli sunna idil adha rak'ataini makmuman lillahi ta'ala
Artinya: Niat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat sebagai makmum
karena Allah.
TATA CARA SHALAT IDUL ADHA
Shalat sunnah idul adha terdiri dari 2 (dua) rokaat. Rokaat pertama
diawali dengan takbirotul ihrom ditambah 7x takbir. Sedangkan rakaat kedua 5
(lima) kali takbir. Lebih detailnya sbb:
Bacaan Rakaat pertama:
(a) Baca takbirotul ihram (takbir permulaan shalat) dengan niat
shalat idul adha.
(b) Membaca doa iftitah
(c) Membaca takbir 7 (tujuh) kali (selain takbirotul ihram)
(d) Membaca Al-Fatihah
(d) Membaca surat Al-Quran seperti Al-A'la
Rakaat kedua:
(a) Membaca takbir 5 (lima) kali.
(b) Membaca Al-Fatihah
(c) Membaca surat Al-Quran seperti Al-Ghasyiyah.
Setelah sujud rakaat kedua, diikuti dengan tahiyat (tasyahud) akhir
dan diakhiri dengan salam.
Prosesi berikutnya adalah khutbah Idul Adha, bagian ini khusus
untuk khatib Idul Fitri.
BACAAN TIAP TAKBIR SHALAT IDUL ADHA
Setiap takbir saat shalat Idul Adha baik rakaat pertama atau kedua
disunnahkan membaca tasbih yaitu:
سُبْحَانَ اللهْ وَالْحَمْدُ لِلهْ
وَلآ اِلَهَ اِلَّا اللهْ وَاللهُ اَكْبَرْ
SubhanAllah walhamdulillah walailaha illAllah wAllahu Akbar
Artinya: Mahasuci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan
selain Allah dan Allah Mahabesar.
TATACARA KHUTBAH IDUL ADHA
Khutbah Idul Adha terbagi dua yaitu khutbah pertama dan khutbah
kedua. Di antara dua khutbah biasanya dipisah dengan duduk sebentar.
Tata cara khutbah: (a) Membaca takbir 9 (sembilan) kali terus
menerus pada khutbah pertama; (b) membaca takbir 5 (lima) kali secara terus
menerus (tanpa dipisah) di rakaat kedua selain takbir untuk berdiri.
Adapun selain bacaan takbir, semuanya sama dengan khutbah Jum'at
dalam segi rukunnya.
TEKS BACAAN TAKBIR LEBARAN IDUL ADHA
Teks bacaan takbir untuk lebaran Idul Adha adalah sbb:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله
إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد الله أكبر كبيراً والحمد لله كثيراً
وسبحان الله بكرة وأصيلاً، لا إله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده
وهزم الأحزاب وحده
HUKUM DAN WAKTU SUNNAH MEMBACA TAKBIR LEBARAN IDUL ADHA
Tabir yang dibaca saat hari raya Idul Adha dan hari tasyriq ada 2
(dua) macam yaitu takbir mutlak/mursal dan takbir muqoyyad. Takbir
mutlak/mursal disunnahkan dibaca baik pada hari raya Idul Adha maupun Idul
Adha. Sedangkan takbir muqayyad khusus dibaca pada Idul Adha saja.
Takbir mursal/mutlak adalah takbir yang membacanya tidak terika
oleh waktu atau tempat. Ia boleh dibaca di rumah, masjid, jalan, siang dan
malam, dll.
Sedangkan tabir muqoyyad adalah takbir yang dibaca sebelum atau
sesudah shalat.
Waktu sunnah membaca takbir muqayyad adalah sejak hari Arafah
tanggal 9 Dzulhijjah sampai waktu Ashar dari hari tasyriq pada tanggal 13
Dzulhijjah.
Waktu sunnah membaca takbir muqayyad yang disyariatkan adalah
sebagai berikut:
a) Sebelum shalat idul adha
b) Sebelum shalat wajib 5 waktu baik yang tepat waktu (ada') atau
qadha.
c) Sebelum shalat sunnah rawatib,
d) Sebelum shalat sunnah mutlak,
e) Sebelum shalat jenazah.
SUNNAH TIDAK MAKAN SEBELUM SHALAT IDUL ADHA
Pada hari raya Idul Adha, hukumnya sunnah bagi setiap muslim untuk
tidak makan sampai selesai shalat Idul Adha. Ini merupakan kebalikan dari Idul
Fitri yang disunnahkan makan sebelum berangkat ke masjid untuk shalat.
Berdasarkan pada hadits riwayat Ahmad no. 22984
عن عبد الله بن بريدة، عن أبيه قال:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ
الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ، وَلَا يَأْكُلُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ
مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
Artinya: Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak keluar pagi pada hari Idul
Fitri sehingga beliau makan, dan beliau tidak makan pada hari Idul Adha
sehingga beliau pulang (dari shalatnya) kemudian memakan daging kurbannya"
Daftar Isi:
a. Sejarah Hari Raya
b. Hal-hal yang Disunnahan
pada Hari Raya
c. Hikmah Disyariatkannya
Shalat Hari Raya
d. Tata Cara Shalat Idul
Fitri
e. Khutbah Idul Fithri
a. Sejarah Hari Raya
Sebelum Islam mengalami kejayaan, tradisi orang Arab pada saat
merayakan hari rayanya lain dengan cara umat Islam. Mereka bersenang-senang
dengan berfoya-foya sehingga tradisi tersebut menjamur sampai mereka masuk
Islam. Diantara hari raya yang mereka rayakan adalah hari raya Nairuz dan
Mihron. Kemudian pada saat Baginda Nabi Muhammad Saw. datang di Madinah, beliau
Saw. menjumpai kaum Anshar yang sedang merayakan hari rayanya dengan model
seperti di atas. Lalu Nabi Saw. bertanya: “Hari apakah ini?”
Mereka menjawab: “Ini adalah hari raya yang biasa kami buat hiburan
pada saat zaman jahiliyah.”
Kemudian Nabi Saw. bersabda:
قَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ
اْلفِطْرِ
“Sesungguhnya Allah telah
menggantikan keduanya dengan hari yang lebih baik, yaitu hari raya Idul Adha
(Qurban) dan hari raya Idul Fitri.”
b. Hal-hal yang Disunnahan
pada Hari Raya
Hal-hal yang disunahkan pada hari raya adalah:
1) Membaca takbir. Dimulai
pada saat terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam akan
mengerjakan shalat hari raya.
Takbir dibagi menjadi 2 macam; Takbir Mursal, yakni takbir yang
tidak disunnahkan dibaca setelah shalat, seperti halnya takbiran pada hari raya
Idul Fitri. Kedua adalah Takbir Muqayyad, yakni takbir yang disunnahkan untuk
dibaca setelah shalat, seperti halnya takbiran pada hari raya Idul Adha yang
waktunya dimulai waktu Shubuhnya bulan Arafah sampai Ashar yang terakhir hari
tasyriq.
Takbiran ini disunnahkan setelah shalat fardhu, baik ada’ atau
qadha, setelah shalat sunnah Rawatib, sunnah Mutlak, sunnah Tahiyyatul Masjid,
sunnah Wudhu dan shalat Jenazah. Adapun bacaan takbirnya sebagai berikut:
اَللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ لاَاِلَهَ اِلاَّالله وَاللهُ
اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ و لِلَّهِ اْلحَمْدُ .اَللهُ أَكْبَرْكَبِيَرًا وَاْلحَمْدُ
لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً .لاَإِلَهَ إِلاَّاللهُ
وَلاَنَعْبُدُ إِلاَّ إِياَّهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن وَلَوْ كَرِهَ الْكاَفِروْنَ
وَلَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ اْلمُنَافِقُوْنَ .لاَاِلَهَ اِلاَّوَحْدَهُ
صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ
.لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ لِلَّهِ اْلحَمْدُ
2) Mengisi malam hari raya
dengan memperbanyak beribadah. Minimal melakukan shalat Isya berjamaah dan
berkeinginan melakukan shalat Shubuh secara berjamaah. Sesuai dengan sabda Nabi
Saw.:
مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ اْلعِيْدِ أَحْيَا اللهُ قَلْبَهُ يَوْمَ تَمُوْتُ
اْلقُلُوْبُ.
“Barangsiapa yang mengisi malam hari
raya dengan memperbanyak ibadah maka Allah akan menghidupkan hatinya disaat
semua hati manusia mati.”
Ulama salaf punya metode lain, yaitu melakuan shalat sunnah Mutlak.
Adapun tata caranya sebagai berikut:
a. Membaca niat:
أُصَلىِّ سُنَّةً لِإِحْياَءِ لَيْلَةَ عِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ
لِلَّهِ تَعَالَى
b. Melakukan shalat 2
rakaat. Rakaat pertama membaca surat al-Fatihah dan al-Falaq masing-masing 15
kali. Dan rakaat kedua membaca surat al-Fatihah dan an-Nas masing-masing 15
kali.
c. Setelah salam membaca
wirid: Ayat Kursi 13 kali, istighfar 15 kali, shalawat 15 kali, dzikir 15 kali
dan ditutup dengan doa.
3) Mandi. Meskipun tidak
punya tujuan untuk menghadiri shalat hari raya. Waktunya mulai pertengahan
malam sampai terbenamnya matahari pada hari raya. Namun yang lebih utama adalah
mandi dilakukan setelah shalat sunnah Fajar. Adapun niatnya mandi sebagai
berikut:
نَوَيْتُ اْلغُسْلَ لِدُخُوْلِ يَوْمِ عِيْدِ اْلفِطْرِ سُنَّةً لِلَّهِ
تَعَالَى.
Sebelum melakukan shalat hari raya, yang lebih utama adalah makan
kurma yang jumlahnya ganjil.
4) Berangkat pagi-pagi.
Bagi selain imam disunnahkan berangkat dini hari setelah shalat Shubuh.
Sedangkan bagi imam disunnahkan berangkat pada saat masuknya waktu shalat.
5) Memakai wangi-wangian
dan pakaian yang bagus, warna hijau atau putih.
6) Berangkat berjalan kaki
dengan keadaan tenang melalui jalan yang jauh, dan ketika pulang melalui jalan
yang lebih pendek.
7) Bagi selain imam
dianjurkan melakukan shalat sunnah Qabliyyah jika tidak mendengarkan khutbah.
Sedangkan bagi imam hukumnya makruh melakukan shalat sunnah Qabliyyah dan
Ba’diyyah hari raya.
8) Mencukur rambut,
memotong kuku dan menghilangkan bau yang tidak sedap.
9) Melakukan shalat sunnah
Idul Fitri.
10) Melakukan khutbah Idul
Fitri.
11) Saling memberi
penghormatan antara satu dengan yang lainnya seperti mengucapkan
“Taqabbalalallahu minna waminkum”.
12) Berjabat tangan dengan
sesama jenis atau beda jenis yang semahram. Klasifikasi hukum berjabatan tangan
sebagai berikut: 1) Haram berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang
tidak semahram serta tidak menggunakan penghalang, begitupula dengan amrad yang
tampan. 2) Makruh berjabat tangan dengan orang yang punya penyakit menular. 3)
Makruh berangkulan kecuali dengan orang yang baru datang dari bepergian. 4)
Sunnah mengecup tangannya orang yang shaleh, alim dan zuhud. 5) Makruh mengecup
tangannya orang lain karena kekayaannya.
13) Melakukan puasa 6
hari. Puasa ini boleh dilakukan dengan berbagai macam cara, baik dilakukan
secara berurutan dan bersambung atau tidak. Tetapi yang lebih utama dilakukan
secara berurutan. Kesunnahan puasa ini juga bisa didapat dengan melakukan puasa
qadha atau nadzar. Jika puasa ini dilakukan di luar bulan Syawal maka pahalanya
tidak sama dengan yang dilakukan pada bulan Syawal, sebab pahala di bulan
Syawal laksana melakukan puasa fardhu
setahun penuh sebagaimana bunyi hadits:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالَ كاَ نَ كَصِيَامِ
الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang melakukan puasa
Ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka
pahalanya seperti puasa setahun penuh.”
Kemudian jika puasa itu dilakukan di luar bulan Syawal maka laksana
melakukan puasa sunnah setahun penuh. Adat puasa Syawal yang telah berlaku,
yakni puasa 6 hari secara berurutan kemudian ditutup dengan hari raya ketupat,
itu hanyalah metode yang diajarkan oleh Wali Songo untuk mempermudah
membiasakan dan agar tidak dirasa berat. Sedangkan niatnya berpuasa Sayawal
adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ يَوْمِ شَهْرِ شَوَّالَ سَنَةٍ للهِ تَعَالَى.
c. Hikmah Disyariatkannya
Shalat Hari Raya
Perlu diketahui bahwa shalat jamaah itu lebih utama daripada shalat
sendirian. Sebab di dalamnya membentuk persatuan dan kesatuan dengan berwujud
semua muslim berdiri dalam keadaan berbaris di belakang seorang imam. Sehingga
mirip dengan sebuah bangunan yang saling menguatkan, bagian satu menguatkan
sebagian lainnya.
Ketika hal itu dirasa belum cukup untuk mewujutkan persatuan dan
kesatuan umat Islam, maka disyariatkanlah shalat Jum’at. Kemudian dirasa masih
kurang lagi, maka disyariatkanlah shalat hari raya agar rasa persatuan dan
kesatuan umat Islam semakin ditingkatkan. Sebab hal ini dapat memberikan
manfaat yang sangat besar.
Hikmah lain disyariatkannya shalat hari raya adalah menampakkan
kekuatan umat Islam di mata orang kafir. Dan dengannya membentuk suatu sistem
kekuasan yang akhirnya dapat menakut-nakuti orang kafir.
d. Tata Cara Shalat Idul
Fitri
Tata cara shalat sunnah hari raya Idul Fitri adalah sebagai berikut
a) Bilal membaca:
صَلُّوْا سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ جَمَاعَةُ أَثَابَكُمُ
اللهُ .
b) Jamaah menjawab:
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ لاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
c) Membaca niat shalat:
أُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا / إِمَامًا
لِلَّهِ تَعاَلَى. اللهُ أَكْبَرْ
d) Melakukan shalat 2
rakaat. Rakaat pertama setelah takbiratul ihram membaca takbir (Allahu Akbar) 7
kali, sedangkan rakaat kedua setelah takbir berdiri membaca takbir 5 kali.
Rakaat pertama setelah al-Fatihah membaca surat Qaf, sedangkan pada rakaat
kedua setelah al-Fatihah membaca surat Iqatarabat as-Sa’ah (al-Qamar).
Masing-masing takbir baik yang jumlahnya 7 atau 5 dipisah dengan bacaan:
سُبْحَانَ اللهُ وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرْ
Waktu melaksanakan shalat hari raya Idul Fitri adalah setelah
matahari terbit dan naik setinggi ujung tombak menurut pandangan mata, atau masuknya
waktu Dhuha.
-------------
REFERENSI
- Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari
- Ibnu Syaraf An-Nawawi dalam Al-Majmuk Syarah Muhadzdzab
- Subulussalam
- Al Ghazi dalam Fathul Qorib Al-Mujib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar